Kurikulum Merdeka menuntut adanya perubahan paradigma dalam pendidikan, menekankan pada relevansi dan kontekstualisasi materi ajar. Dalam konteks ini, Urgensi Pancasila menjadi semakin krusial. Pancasila tidak hanya diajarkan sebagai mata pelajaran normatif, tetapi diintegrasikan sebagai landasan filosofis dan etis dalam setiap aspek pembelajaran.
Urgensi Pancasila terletak pada perannya sebagai Filter Globalisasi. Di tengah arus informasi dan budaya luar yang deras, peserta didik membutuhkan pegangan nilai yang kuat. Pancasila berfungsi sebagai kompas moral yang membimbing siswa untuk menyaring pengaruh asing, sambil tetap menjunjung tinggi identitas dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Dalam Kurikulum Merdeka, Urgensi Pancasila direalisasikan melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). P5 memberikan ruang bagi siswa untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan nyata. Mereka belajar kolaborasi, gotong royong, dan kebinekaan melalui proyek yang relevan dengan isu-isu sosial di lingkungan mereka.
Pembelajaran Kontekstual adalah kunci lain yang menegaskan Urgensi Pancasila. Guru didorong untuk mengajarkan sila-sila Pancasila tidak secara hafalan, melainkan melalui studi kasus nyata. Contohnya, mendiskusikan masalah sosial atau lingkungan melalui lensa keadilan sosial (Sila Kelima) dan kemanusiaan (Sila Kedua).
Integrasi Urgensi Pancasila dalam mata pelajaran lain juga harus diperkuat. Misalnya, dalam pelajaran sejarah, guru dapat menyoroti bagaimana nilai persatuan (Sila Ketiga) menjadi fondasi kemerdekaan. Dalam ilmu sosial, nilai-nilai ini menjadi dasar analisis terhadap struktur dan dinamika masyarakat Indonesia yang majemuk.
Pendekatan ini menjembatani jurang antara teori dan praktik. Ketika siswa melihat bahwa Pancasila relevan dengan masalah sehari-hari mereka, mereka akan lebih mudah menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Hal ini mengubah Pancasila dari sekadar dokumen negara menjadi Pedoman Hidup yang berfungsi.
Tantangan dalam penerapan Urgensi Pancasila adalah ketersediaan guru yang kompeten dalam pendekatan kontekstual. Guru perlu dibekali pelatihan untuk mengubah metode pengajaran yang kaku menjadi diskusi yang memicu pemikiran kritis dan penalaran etis berdasarkan nilai-nilai Pancasila.