Mitos Senioritas: Bagaimana Anak Baru Menghadapi Tekanan dan Tradisi MOS (atau MPLS)

Masa Orientasi Siswa (MOS) atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) seringkali diwarnai oleh praktik yang berakar pada Mitos Senioritas. Tradisi ini menganggap bahwa siswa yang lebih tua berhak memberikan perintah, bahkan hukuman, kepada siswa baru. Tekanan psikologis dan tugas-tugas yang tidak relevan dengan pendidikan sering menjadi bagian tak terhindarkan. Penting bagi siswa baru untuk memahami cara menghadapi situasi ini secara cerdas.

Inti dari Mitos Senioritas adalah konsep kekuasaan yang tidak berdasar, yang sayangnya diwariskan turun-temurun. Padahal, tujuan utama MPLS adalah pengenalan lingkungan, bukan ajang perpeloncoan. Sekolah kini memiliki regulasi ketat yang melarang segala bentuk kekerasan atau intimidasi. Siswa baru harus sadar akan hak-hak mereka dan tahu bahwa mereka tidak wajib menuruti permintaan yang merendahkan atau membahayakan.

Untuk menghadapi tekanan dari Mitos Senioritas, siswa baru perlu membangun mental yang kuat dan asertif. Respons terbaik bukanlah melawan secara frontal, melainkan menolak dengan sopan dan bijak. Jika diminta melakukan hal yang melanggar aturan sekolah atau hukum, siswa baru harus berani menolak dan segera melaporkan ke guru pendamping atau pihak berwenang di sekolah.

Penting bagi sekolah untuk secara aktif membongkar Mitos Senioritas ini. Kurikulum MPLS harus menekankan pada nilai-nilai persaudaraan, kepemimpinan positif, dan saling menghormati. Dengan demikian, kakak kelas dapat menjadi mentor yang suportif alih-alih menjadi otoritas yang ditakuti. Lingkungan yang aman adalah kunci keberhasilan siswa baru beradaptasi dengan baik di sekolah.

Siswa baru disarankan untuk mencari dukungan dari sesama teman seangkatan dan menggunakan saluran komunikasi resmi sekolah. Catat setiap tindakan yang melanggar aturan dan kumpulkan bukti. Dengan bersatu dan bertindak sesuai prosedur, mereka dapat memastikan bahwa MPLS menjadi pengalaman yang mendidik dan menyenangkan, bukan lagi momok yang menakutkan.

Pada akhirnya, tradisi senioritas yang negatif harus diakhiri. Sekolah adalah tempat untuk tumbuh dan belajar, bukan arena untuk menunjukkan dominasi. Dengan kesadaran kolektif dari semua pihak—siswa baru, senior, dan guru—Mitos Senioritas dapat dirobohkan, menciptakan budaya sekolah yang inklusif dan suportif bagi semua anggota komunitas.