Merdeka Belajar: Studi Kasus Implementasi Project Based Learning yang Sukses di Daerah

Inisiatif Merdeka Belajar telah mendorong transformasi paradigma pendidikan dari hafalan menuju pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning atau PjBL). Konsep ini menempatkan siswa sebagai subjek aktif, menyelesaikan masalah nyata, dan menghasilkan karya nyata. Keberhasilan implementasi PjBL, terutama di daerah yang memiliki keterbatasan infrastruktur, menjadi kunci keberhasilan program nasional ini. Studi kasus di daerah membuktikan bahwa semangat guru dan kreativitas lokal dapat mengungguli keterbatasan fasilitas.

Merdeka Belajar melalui PjBL terbukti berhasil di SMK Negeri 03 kawasan perbukitan terpencil. Sekolah ini mengambil tantangan masalah sanitasi air bersih lokal. Siswa jurusan Teknik Komputer dan Jaringan bekerja sama dengan jurusan Tata Boga menciptakan filter air sederhana berbasis arang aktif dan serat sabut kelapa yang didesain modular. Proyek ini tidak hanya aplikatif, tetapi juga meningkatkan keterampilan kolaborasi dan problem-solving mereka.

Kepala Dinas Pendidikan setempat, Bapak Ir. Ahmad Subarjo, M.T., dalam laporannya pada hari Kamis, 14 November 2024, mengapresiasi inovasi PjBL ini. Ia mencatat bahwa hasil penyaringan air oleh siswa berhasil menurunkan tingkat kekeruhan air hingga 70%. Keberhasilan proyek ini telah direplikasi di tiga desa sekitar, memberikan solusi nyata bagi masalah sanitasi air bersih yang dihadapi warga selama bertahun-tahun lamanya.

Aspek keterampilan digital juga menjadi fokus utama dalam implementasi Merdeka Belajar. Siswa bertanggung jawab penuh atas dokumentasi proyek. Mereka menggunakan smartphone sederhana untuk merekam proses, mengedit video, dan menyajikan laporan akhir dalam bentuk presentasi digital yang menarik dan informatif. Hal ini sekaligus melatih literasi digital dan kemampuan komunikasi mereka di hadapan publik.

Untuk mendukung keberlanjutan program ini, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) memberikan pelatihan khusus kepada 25 guru mentor pada periode 10 hingga 15 Desember 2024. Pelatihan ini fokus pada teknik asesmen autentik PjBL, memastikan penilaian tidak hanya berdasarkan hasil akhir, tetapi juga proses kerja tim dan refleksi siswa selama proyek berlangsung, sesuai semangat Merdeka Belajar.

Meskipun fokusnya pada pendidikan, pengawasan terhadap penggunaan dana operasional sekolah (BOS) untuk proyek PjBL tetap dilakukan. Pihak kepolisian sektor melalui Unit Bimbingan Masyarakat (Binmas) mengingatkan pada hari Jumat, 15 November 2024, pukul 10.00 WIB, agar pengadaan material proyek harus transparan dan akuntabel. Pendekatan berbasis proyek ini berhasil memberikan bekal nyata bagi siswa untuk menghadapi dunia kerja dan mencapai Kemandirian Finansial.

Kisah sukses implementasi PjBL di daerah ini menunjukkan bahwa inisiatif Merdeka Belajar mampu berjalan efektif bahkan dengan keterbatasan. Yang dibutuhkan bukanlah fasilitas mewah, melainkan kreativitas, dukungan komitmen penuh dari guru dan kepala sekolah, serta relevansi proyek terhadap tantangan di lingkungan sekitar.

Dengan menciptakan solusi bagi masalah lokal, siswa tidak hanya belajar teori di kelas, tetapi juga mendapatkan pengalaman praktis yang tak ternilai harganya. Mereka tumbuh menjadi lulusan yang siap kerja, memiliki pola pikir inovatif, dan mampu berkontribusi nyata pada komunitas mereka, yang menjadi modal kuat untuk meraih Kemandirian Finansial di masa depan. Sumber