Kurikulum Overload: Meninjau Ulang Beban Pelajaran yang Mencekik Kreativitas Siswa

Isu Kurikulum Overload (kelebihan muatan kurikulum) telah lama menjadi perdebatan sengit dalam dunia pendidikan. Kurikulum Overload menuntut siswa menghafal terlalu banyak materi yang tidak relevan, meninggalkan sedikit ruang untuk eksplorasi, berpikir kritis, dan pengembangan kreativitas. Kurikulum Overload ini pada akhirnya menghambat potensi siswa untuk menjadi inovator yang adaptif di masa depan.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) merespons isu Kurikulum Overload dengan meluncurkan Kurikulum Merdeka. Inovasi Model kurikulum ini memangkas jumlah mata pelajaran wajib dan memberikan otonomi yang lebih besar kepada sekolah untuk menyesuaikan materi dengan konteks lokal. Tujuannya adalah mendorong pembelajaran yang mendalam, bukan sekadar menghabiskan target materi.

Salah satu dampak buruk Kurikulum Overload adalah meningkatnya tekanan akademis dan masalah kesehatan mental pada siswa. Siswa terpaksa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengerjakan tugas dan menghadapi ujian, yang mengganggu Keseimbangan Hidup mereka. Banyak penelitian menunjukkan bahwa tekanan berlebihan justru menurunkan motivasi belajar jangka panjang.

Evaluasi Sistem yang lama menunjukkan bahwa penekanan pada kuantitas materi tidak sejalan dengan peningkatan kualitas lulusan. Laporan Merah Rapor Pendidikan terkait rendahnya literasi dan numerasi membuktikan bahwa siswa kesulitan memahami konsep dasar meskipun sudah diajarkan banyak topik. Kualitas pembelajaran lebih penting daripada kuantitas.

Tantangan Sekolah dalam menerapkan kurikulum baru adalah mengubah mentalitas guru dari pengejar materi menjadi fasilitator. Guru memerlukan pelatihan intensif dalam Implementasi Evidence-Based learning, di mana mereka didorong untuk menggunakan metode pengajaran yang interaktif dan berbasis proyek, bukan sekadar ceramah.

Organisasi profesi guru aktif dalam Advokasi Kesehatan mental siswa. Mereka mendesak agar alokasi waktu pelajaran disesuaikan untuk memberikan ruang bagi kegiatan ekstrakurikuler, seni, dan pengembangan karakter. Peran seni dan olahraga sangat penting untuk menstimulasi kreativitas dan kemampuan sosial siswa.

Pihak kepolisian sektor melalui Unit Bimbingan Masyarakat (Binmas) terlibat dalam sosialisasi pentingnya peran orang tua dalam mendukung transisi kurikulum baru. Kompol Risa Wahyuni, S.H., M.H., mengingatkan pada hari Kamis, 10 Maret 2032, pukul 10.00 WIB, bahwa fokus harus bergeser dari nilai ujian semata ke pengembangan minat dan bakat anak.

Dengan menghilangkan Kurikulum Overload, sistem pendidikan akan melahirkan lulusan yang kreatif, kritis, dan siap menghadapi tantangan global. Kualitas pendidikan yang transformatif adalah investasi utama bagi setiap individu untuk mencapai Kemandirian Finansial di masa depan.